Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945

Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945

Telah terbit sebuah buku yang amat baik dan perlu untuk dibaca dan diketahui masyarakat yaitu tentang Bapak Abdul Latief Hendraningratr, sang pengibar bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus 1945. Buku ini diterbitkan oleh Sinar Harapan dan penulisnya adalah DR Nidjo Sandjojo M.Sc. Persoalan peristiwa sekitar Proklamasi amat menarik untuk diketahui karena merupakan peristiwa penting awal Bangsa Indonesia menyatakan dirinya sebagai bangsa yang merdeka dimana tidak beberapalama lagi terbentuklah Negara Republik Indonesia . Seperti tertulis pada halaman 122-123: Sedangkan pelaku pengibar bendera pusaka tersebut adalah Abdul Latief Hendraningrat yang dibantu seorang pemuda dari barisan pelopor bernama Soehoed, dan fakta itu tidak akan pernah hilang sepanjang masa. Sebab itu jika ada nama-nama selain kedua nama tersebut yang mengaku sebagai pengibar bendera pada saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, adalah tidak benar. Buku ini sudah bisa didapat pada toko-toko buku.
READ MORE - Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945

Pak Soehoed pendamping Pak Latif

Pak Soehoed pendamping Pak Latif


Siapakah Pak Soehoed Sastro Koesoemo itu ? Beliau adalah salah seorang pengibar bendera pusaka saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tepatnya sebagai pendamping Pak latif Hendraningrat. Bagaimana ceritanya soal peristiwa Proklamasi ini ? Soediro (Mantan Walikota Jakarta tahun 50-an), saat tahun 1945 menjabat wakil kepala barisan Pelopor, bercerita. Sejak tanggal 14 Agustus 1945, dia menugaskan Soehoed (Foto diatas, tampak dalam proklamasi foto sebagai seorang pemuda bercelana pendek) dan beberapa orang pelopor istimewa untuk menjaga keluarga Soekarno. Pada tanggal 16 Agustus 1945 subuh, Soehoed melaporkan bahwa telah datang Soekarni dan Chaerul Saleh dan kawan-kawannya. Soehoed tidak curiga karena Caherul juga anggota pelopor istimewa. Demikian juga ketika Soekarno sekeluarga dibawa pergi tidak ada kecurigaan sebagai peristiwa penculikan. Pada mereka timbul semangat lagi ketika Soekarno kembali pada tanggal 16 Agustus 1945 malam hari. Berkaitan dengan perintah Dr Muwardi (pimpinan barisan Pelopor Jakarta) untuk melakukan persiapan upacara 17 Agustus 1945, Soediro memanggil para pembantunya untuk turut menyebarkan akan adanya acara sangat penting pada tanggal 17 Agustus 1945. Misalnya K.Gunadi diserahkan tugas untuk menyampaikan instruksi tertulis yang ditujukan pada para anggota barisan pelopor istimewa dan eksponen barisan pelopor lainnya. Sedangkan Daitai-daitai (pimpinan di kawedanaan) dan Cutai-cutai (pimpinan dikecamatan) banyak yang sudah dihubungi sendiri, secara pertilpun atau perkurir. Instruksinya antara lain, berkumpul dilapangan Ikada tanpa membawa panji pelopor pada jam 11.00 untuk keperluan menghadiri upacara penting. Ketika dengan bersepeda Soediro pagi harinya menuju Ikada, dia heran karena melihat disitu banyak Jepang bersenjata. Timbul pertanyaan dibenaknya, apakah berita sudah bocor ? Dia lalu menghubungi Dr Muwardi dirumahnya dan dari penjelasan Dr Muwardi ternyata Proklamasi tidak jadi di Ikada tapi dirumah Soekarno. Maka dengan cepat disebarkanlah pembetulan informasi bahwa pelaksanaan proklamasi dipindahkan di Pegangsaan Timur 56. Kepada Soehoed diperintahkan untuk menyiapkan tiang bendera tepat dimuka kamar depan, hanya beberapa meter dari teritis rumah. Setelah itu Soediro pulang kerumahnya sebentar. Ketika dia kembali dilihatnya telah hadir walikota Soewirjo, Dr Muwardi, Mr Wilopo, Mr Abdul Gafar Pringgodigdo, Tabrani, SK Trimurti dan masih banyak lagi. Tidak tampak wajah Wikana, Soekarni, Chaerul Saleh maupun Adam Malik. Dimuka beranda rumah sudah terpasang mikrofon dan versterker (amplifier) yang disewa dari Gunawan pemilik perusahaan jasa penyewaan sound system “Radio Satrija” yang beralamat dijalan Salemba Tengah no.24. Acara proklamasi sederhana ini mengikuti mata acara yang dipersiapkan yaitu : Pembacaan proklamasi oleh Soekarno disambung pidato singkat. Pengerekan bendera merah putih, Sambutan Soewirjo dan Sambutan Dr Muwardi. Pada acara yang terjadi, pertama, Soekarno membaca Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta. Kemudian Soekarno berpidato singkat tanpa teks . Setelah itu beliau berdoa seraya mengangkat kedua telapak tangannya. Untuk pengerekan bendera awalnya diminta kesediaan Trimurti, tapi dia menolak lalu mengusulkan sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Maka Latif Hendraningrat, yang masih memakai seragam lengkap PETA, maju kedepan sampai dekat tiang bendera. Soehoed didampingi seorang pemudi muncul dari belakang membawa sebuah baki nampan berisi bendera Merah Putih (bendera pusaka yang dijahit Fatmawati beberapa waktu sebelumnya). Maka dikereklah bendera tersebut oleh Latif dibantu Soehoed. Setelah berkibar, spontan hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Melihat foto Proklamasi, nampak membelakangi lensa Fatmawati dan Trimurti. Tampak Soekarno bersama Hatta lebih maju dari tempat berdiri saat pembacaan proklamasi. Sebuah foto lain yang diambil dari belakang Soekarno, menggambarkan para hadirin lainnya yang berdiri dekat tiang bendera. Mereka terdiri dari para pemuda-mahasiswa Ika dai Gakku. Pada acara ketiga, Soewirjo yang dizaman Jepang sudah menjabat wakil walikota berpidato. IPPHOS juga mengabadikan peristiwa ini. Namun sampai hari ini tiada dokumen yang menjelaskan apa yang diucapkan Soewirjo. Demikian juga tidak ditemukannya naskah pidato Dr Muwardi yang akan mengisi acara keempat (ada cerita kalau beliau membacakan preambul UUD). Setelah upacara selesai berlangsung, tiba-tiba masuk sambil berlari kurang lebih 100 orang anggota pelopor yang dipimpin S.Brata. Mereka tidak tahu terjadinya perubahan tempat, sehingga ketinggalan acara. Namun menuntut terus agar Soekarno membacakan lagi Proklamasi. Akhirnya Soekarno yang sudah masuk kamar, keluar lagi dan menjelaskan melalui mikrofon bahwa pembacaan Proklamasi tidak dapat diulang. Karena masih kurang puas mereka minta kepada Hatta untuk memberikan amanat singkat. Hatta kemudian meluluskannya . Yang juga terlambat adalah Dr Radjiman Wedjodiningrat dan beberapa anggota PPKI. Setelah acara selesai, Soediro dan Dr Muwardi memilih 6 orang anggota barisan pelopor istimewa, pelatih pencak silat menjadi pengawal Soekarno-Hatta Kelompok ini dipimpin oleh Soemartojo. Sampai selesainya proklamasi fihak Jepang tidak menyadari apa yang telah terjadi. Mereka baru datang setelah Hatta pulang kerumahnya. Tiga orang perwira Jepang yang datang ini mengaku diutus Gunseikanbu (kepala pemerintahan militer Jepang) untuk melarang Proklamasi. Tapi Soekarno yang menghadapinya dengan tenang, menjawab bahwa Proklamasi sudah dilaksanakan. (diambil dari berbagai sumber sekitar Proklamasi) Foto: Pak Soehoed saat sebagai staf dekat Jenderal Soedirman tahun 1946-1947.

READ MORE - Pak Soehoed pendamping Pak Latif

Jan Pieterszoon Koen: Gubenur Jenderal VOC yang banyak Bertempur

Jan Pieterszoon Koen: Gubenur Jenderal VOC yang banyak Bertempur


Lahir 8 Januari 1587, Jan Pieterzoon Koen adalah Gubenur Genderal liding raad van Indie kemudian menjadi kepala kantor dagang di Banten dan Jakarta. Ia adalah gubenur Jendral yang cukup unik karena ia adalah Gubenur Genderal pertama di Jawa dan menjabat dua kali sebagai Gubenur Jenderal VOC.Tahun 1672 J.P. Koen menjadi gubenur Jenderal untuk kedua kalinya. Ia memeiliki istri pada tahun 1625 bernama Eva Ment.
Di era 1960-an ia dijadikan salah satu tokoh dalam pewayangan dengan nama plesetan Moer Djangkoeng. Plesetan ini dibuat sang dalang untuk menghindari kemarahan pihak Belanda di waktu masa penjajahan kalau mereka menamakan tokoh wayangnya dengan nama asli para Gubenur Jenderal, jadi sang dalang mengganti nama  asli yang sedapat mungkin namanya mirip denagn pribadi sosok yang digambarkannya.
Dalam legenda cerita lama dikisahkan dalam lakon Baron Sekeber tokoh utamanya adalah Baron Sumukul yang terpikat pada “Putri yang berselondang menjala” yang berasal dari daerah Priangan, kemudian mereka mempunyai putra laki-laki yang diberi nama Mur Jangkung atau Jan Pieterszoon Koen yang kemudian mendirikan kota Batavia.
J.P. coen sangat populer kala itu, wajahnya tertera dalam lembaran uang zaman VOC.  J.P. Koen meninggal dunia tahun 1629.
READ MORE - Jan Pieterszoon Koen: Gubenur Jenderal VOC yang banyak Bertempur

Ahmad Dahlan: Menanggapi Surat Ancaman

Ahmad Dahlan: Menanggapi Surat Ancaman

“Kalau Kyai ingin selamat, jangan bertablik ke…….Djawa Timur. Kalau berani ke-Djatim awas Kyai pulang tinggal nama”. Begitu bunyi surat ancaman itu. Tapi laki-laki bersosok kecil, tetapi tidak terlalu kurus, dengan kulit hitam manis dan berjangut yang diperlihara ini, tidak gentar. Ia tetap datang ke Djawa Timur, membawa istrinya pula.
Linggis, keris, bendo dan arit sudah disiapkan untuknya. Dengan tenaganya Kyai maju dalam sidang menuju ke podium. Sesudah salam, Kyai membaca ayat-ayat Al-Quran yang lagunya merayu-rayu, seolah-olah memohon kepada Allah agar tetap dilindungi.
Patah kata dakwah diucapkan Kyai, tambah lambah kian menarik. Akhirnya ancaman yang datang musnah.  Senjata-senjata yang jadi pusaka diletakan di bawah kursi. Kyai itu adalah Ahmad Dahlan.
K.H. Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1869, di kampung kauman Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwisy. Ayahnya bernama Kyai Haji Abu Bakar, iman dan khatib Masjid Besar Kauman Yogyakarta, dan Ibunya bernama Siti Aminah.
Sebagai putra khatib sudah barang tentu pendidikan perihal agama terbuka luas untuknya. Dari belajar fiqh, ilmu nahwu, ilmu qiraah, ilmu falak, ilmu hadist ia timba dari Kyai-kyai yang mumpuni.
Hubungan Kyai Ahmad Dahlan dan pusat kekuasaan Jawa cukup unik, karena kerajaan dipandang sebagai pusat tradisi Kejawen yang penuh mistik. Kelahiran Muhammadiyah pada 18 November 1912 sendiri berkait dengan kebijakan Hamengku Buwono VII dan VIII, yang konon kraton berada di bawah kekuasaan Belanda.
Kepergian Dahlan naik haji dan bermukim di Mekkah adalah perintah langsung Sri Sultan Hamengko Buwono VII. Raja memandang penting Raden Ngabei Ngabdul Darwis (nama kecil Ahmad Dahlan) belajar Islam dari asal kelahirannya.
Salah satu tujuan pendirian Muhammadiyah adalah purifikasi Islam dari praktik-praktik TBC (taklid, bidah, dan churafat) yang dipandang Kiai Dahlan telah mengkronis dalam tubuh masyarakat.
Pembaruan model Wahabiyah di Arab pun dimulai, antara lain dengan manajemen organisasi modern, pendirian lembaga pendidikan, dan dakwah melalui media atau surat kabar.
Dalam bidang media dan suratkabar Ahmad Dahlan  memulai dengan menerbitkan berbagai macam buku almanak, siaran, suratkabar, majalah, buku bacaan dan buku pelajaran dengan menghimpun tenaga-tenaga pengarang, penulis, pelukis, mengadakan bibliotheek yang diatur dan organisasi oleh Majelis, Bagian Taman Pusaka.
Ia kemudian merintis suratkabar yang menjadi corong organisasi Muhammadiyah. Suratkabar itu diberi nama Soeara Moehammadijah (SM) terbit pertama kali pada Januari 1915 dengan mengusung slogan “Organ ini memuat keterangan tentang Agama Islam, diterbitkan sebulan sekali berbetulan dengan tanggal 1 bulan Belanda dan memuat keterangan lain-lainnya yang perlu”.
Kemudi, sekaligus pemrakarsa Suara Muhhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan, dibantu oleh AD. Hanie sebagai pimpinan redaksi. SM pada awal terbit merupakan majalah internal, diedarkan secara geratis dengan biaya produksi dari para donasi.
SM menggunakan bahasa Jawa dan Melayu, dicetak dipercetakan “Sri Pakualaman” di Jagalan, dengan tebal 22 halaman.
Selain SM, K.H. Ahmad Dahlan juga tercatatat di harian Medan Muslimin. Diceritakan setelah H.M. Misbach keluar dari penjara, maka makin hebatlah serangan Islam Bergerak terhadap Muhammadiyah. Suratkabar Medan Muslimin pun bertindak sama.
Nama K.H. Ahmad Dahlan dalam Medan Muslimin  bulan November atas permintaan H.M. Misbah supaya dicabut. Karena menurut, H.M. Misbah suratkabar Medan Muslimin dan Islam bergerak akan bersikap bertentangan dengan Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah dianggap melembek, tidak menepati janji, serta kooperatif dengan pemerintah Belanda. Selain itu Muhammadiyah dianggap kemasukan aksi PEB (Politik Economiche Bond), partai yang didirikan Belanda.
Muhammadiyah, pimpinan K.H. Ahmad Dahlan memang tidak berpolitik. Sasaran yang menonjol adalah menyebarkan budaya Islam.
K.H. Ahmad Dahlan sedikit sekali meninggalkan karya tertulis. Ia tidak seproduktif teman-temannya di dunia pers kala itu. Tapi ide K.H.Ahmad Dahlan membangun pers sebagai corong organisasi, kemudian menjadi pemecut tumbuhnya suratkabar yang diterbitkan oleh badan yang belakangnya berdiri organisasi.
Munculnya kesadaran, bahwa surat kabar merupakan senjata ampuh bagi penyampaian ide-ide perjuangan, baik perjuangan politik maupun agama, di tahun 1932 Muhammadiyah melahirkan suratkbar Adil.  Lewat Suara Muhammadiyah maupun Adil, misi Muhammadiyah tersuarakan, jatuh bangunnya Muhammadiyah tercatat.
K.H. Ahmad Dahlan memimpin SM  hingga tahun 1923. Setelahnya diserahkan pada H Fachruddin, seorang tokoh Muhammadiyah sekaligus pemilik percetakan ‘Persatoean’.
K.H.Ahmad Dahlan lebih banyak bergerak dalam misi keagamaannya melalui pendidikan, membangun Muhammadiyah. Tahun 1922 kesehatannya pun mulai mengalami kemunduran. Pada tanggal 23 Februari 1923, bertepatan dengan 7 Rajab 1340 H, K.H. Ahmad Dahlan menghembuskan nafas yang terakhir di rumah kediamannya di Kauman Yogyakarta. Menitipkan Muhammadiyah, kepada generasinya. Sosoknya pun membuat sutradara terkenal Hanung Bramantyo jatuh hati dan akan merealisasikan Film KH. Ahmad Dahlan yang berjudul “Sang Pencerah” .(Rhoma Dwi Aria Yuliantri).
READ MORE - Ahmad Dahlan: Menanggapi Surat Ancaman

Dua Hujan Meteor di Malam Bulan Ramadhan

KOMPAS.com - Dua hujan meteor akan memuncak di malam Ramadhan tepatnya pada Sabtu, 13 Agustus 2011, yakni hujan meteor Perseids dan Delta Aquarids. Kedua hujan meteor tersebut akan dilengkapi dengan bulan purnama, yang sayangnya justru mengganggu pandangan ke hujan meteor.
Puncak hujan meteor Delta Aguarids akan terjadi saat puncak hujan meteor Perseids dimulai. Keduanya akan menghasilkan 15 hingga 30 bintang jatuh per jam. "Meskipun ada bulan terang yang menjadi tamu, orang tetap bisa melihat hujan Delta Aquarids," kata Raminder Singh Samra, astronom dari H.R. MacMillan Space Centre di Vancouver, Kanada.
Perseids akan dimulai dengan sekitar lima meteor per jam. Mereka dapat dilihat dua minggu sebelum pertengahan agustus. Saat puncak hujan meteor rata-rata ada 60 hingga 120 meteor. Pengamatan dapat dilakukan mulai pukul 2 dini hari sampai subuh. Rasi Perseus berada di arah timur laut dengan ketinggian 30 derajat. Sementara itu, aktivitas Delta Aquarids akan terjadi akhir Juli dan awal Agustus.
Hampir seluruh orang di dunia dapat melihat hujan meteor ini. Hujan dapat terlihat dengan jelas di daerah yang gelap, jauh dari gemerlap kota. "Karena bintang jauh akan terjadi di seluruh angkasa yang terlihat, berbaringlah dan biarkan mata beradaptasi dengan kegelapan," Samra memberi saran.
Hujan meteor Delta Aquarids dan Perseids terjadi karena atmosfer Bumi menghampiri awan yang terbentuk dari butiran-butiran partikel yang dilepaskan komet. Setiap partikel masuk ke atmosfer dengan kecepatan 150.000 kilometer per jam sehingga terbakar dan menghasilkan cahaya. (
READ MORE -

Ayo, Minimalkan Angka Remaja Putus Sekolah!


BOGOR, KOMPAS.com - Managing Director Putera Sampoerna Foundation, Nenny Soemawinata menyebutkan, merujuk pada data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) tahun 2009, terdapat sekitar 1,5 juta remaja di Indonesia tidak dapat melanjutkan pendidikan dan menjadi anak putus sekolah. Hal tersebut disebabkan beberapa hal, yang terbesar adalah karena alasan ekonomi. Menurutnya, 54 persen dari 1,5 juta remaja tersebut terpaksa berhenti sekolah karena tidak memiliki biaya.
"Sedangkan 9,8 persen tidak melanjutkan sekolah karena bekerja atau membantu orang tua mencari nafkah," ungkap Nenny, Kamis (21/7/2011), di Sampoerna Academy Bogor Campus, Caringin, Bogor, Jawa Barat.
Artinya, lanjut Nenny, rata-rata masyarakat Indonesia hanya mengecap pendidikan hingga tingkat awal Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan hanya 10 persen yang melanjutkan pendidikan ke universitas. Melihat kondisi ini, lanjut Nenny, pihaknya akan membantu pemerintah untuk menekan angka remaja di Indonesia yang putus sekolah. Akan tetapi, hal akan terwujud jika ada pihak donor yang ikut bekerjasama dengan program ini.
“Pendidikan merupakan suatu kemewahan bagi sebagian masyarakat Indonesia dan terdapat 1,5 juta remaja usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena alasan keterbatasan ekonomi. Padahal pendidikan merupakan kunci dari pembangunan dan pembentukan calon pemimpin masa depan yang berkualitas yang diharap mampu menghadapi tantangan-tantangan era globalisasi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sesuai dengan motto ‘Learn Today, Lead Tomorrow’, Sampoerna Academy tidak hanya mengedepankan pendidikan akademis namun juga menanamkan nilai-nilai kepemimpinan, toleransi dan kesadaran sosial yang diperlukan untuk membentuk pemimpin masa depan Indonesia.
"Untuk SMA, Sampoerna Academy hanya menyediakan kuota beasiswa lebih kurang 200 orang di setiap Campus Sampoerna Academy. Mungkin saja ada kenaikan, tetapi itu tergantung perusahaan pendonor juga," imbuhnya.
Bahkan, untuk siswa Sampoerna Academy yang ingin melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, akan diberikan kredit pinjaman yang bisa dicicil pada saat siswa tersebut sudah bekerja.
"Misalnya, siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi akan diberikan pinjaman sehingga bisa menyelesaikan sampai sarjana. Begitu lulus, akan diberikan tenggat waktu 6 bulan untuk mencari pekerjaan dan dibantu oleh Sampoerna Foundation. Ketika sudah bekerja, maka kredit pinjaman itu bisa dibayarkan dengan cara dicicil selama 14 tahun. Jadi tidak terlalu membebani," jelasnya.
Nenny mengungkapkan, saat ini tengah dirumuskan program-program berkesinambungan, termasuk membentuk tim khusus untuk menggalang dana dan menggandeng pihak-pihak yang memiliki visi sama untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.
"Peran para pendonor sangat kita perlukan sehingga dapat menggalang dukungan lebih banyak untuk menekan angka putus sekolah di Indonesia. Saat ini, tahun 10 kita berdiri, sudah sekitar 36 ribu beasiswa yang kita berikan untuk siswa usia remaja, 19 ribu guru dan dosen, serta 38 sekolah," ungkap Nenny.
READ MORE -

1.768 Pasang Sepatu untuk ke Sekolah


JAKARTA, KOMPAS.com — Anak-anak yang berada di bawah naungan Yayasan dan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) menerima sebanyak 1.768 pasang sepatu sekolah, Senin (25/7/2011), di Jakarta. Ribuan pasang sepatu ini mereka dapatkan dari sumbangan para karyawan The Ritz Carlton Jakarta, JW Marriot Jakarta, The Ritz Carlton Jakarta Pacific Place, dan Marriott Executive Apartement.
Pemberian sepatu "Shoes to School 2011 Langkah Kecil yang Dapat Menghasilkan Lompatan Besar" ini dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional 2011. Gloria Kristie, salah seorang karyawan Ritz Carlton, menyatakan senang bisa membantu anak-anak yang kurang mampu.
“Kami ikhlas bisa membantu anak-anak ini,” katanya.
Sepatu-sepatu ini memang diperoleh dari sumbangan para karyawan ataupun yang menyumbangkan uang sebesar Rp 70.000. Sebagai apresiasi atas hadiah sepatu yang diterima, anak-anak yang berasal dari PSAA Tanjung Barat pun membawakan sejumlah lagu untuk menghibur para undangan yang hadir dalam penyerahan sepatu ini.
READ MORE -